Mengenal Fridolin Ukur, Pendeta dan Sastrawan Indonesia Asal Kalimantan Tengah
Fridolin Ukur, Seorang Pendeta dan Sastrawan Indonesia
Dilahirkan di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah pada 5 April 1930, seorang Pendeta dan sastrawan Indonesia yang senang memakai peci ini termasuk penyiar angkatan 66. Tidak ada yang istimewa dengan masa kecil anak ketiga dari lima bersaudara ini, sebagaimana anak-anak seusianya ia membantu orang tuanya bekerja di ladang. Namun, di sela kegiatan ia menyempatkan diri untuk menulis atau membaca buku-buku koleksi sang ayah.
Semasa hidup, seseorang yang pernah menjabat menjadi Rektor Akademi Teologi Banjarmasin, menempuh pendidikan sampai mendapatkan gelar doktor. Ia meraih gelar pertamanya, yaitu Sarjana Teologi (S.Th.) di Hoogere Theologische School yang kini berubah nama menjadi STT Jakarta pada tahun 1955. Kemudian di tahun 1962 ia kembali berhasil meraih gelar Magister Teologi (M.Th.) dari fakultas yang sama. Fridolin juga berkesempatan memperdalam ilmunya di Fakultas Teologi, Universitas Basel Swiss tahun 1964-1965. Terakhir, ia akhirnya mendapatkan gelar doktor di STT Jakarta setelah mempertahankan disertasi berjudul “Tantang Jawab Suku Dayak” di tahun 1971. Sebelum ditahbiskan menjadi Pendeta di tahun 1956, suami dari Sri Partiwi ini pernah menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dengan pangkat Letnan Muda di tahun 1948-1950.
Sang rohaniawan mulai menulis ketika masuk usia remaja, ia aktif menulis dan ikut terlibat dalam penerbitan majalah sekolahnya. Dilansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id, karya sastra dari sastrawan yang juga produktif bersyair, seperti Malam Sunyi (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1960), Darah dan Peluh (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1961), Belas Tercurah (Kumpulan Sajak, terbitan BPK 1980), Iklan dari Surga (Kumpulan Renungan, terbitan Pustaka Sinar Kasih 1980), Wajah Cinta (Kumpulan Puisi, terbitan 2001), Tantang Jawab Suku Dayak, dan Tuaiannya Sungguh Banyak pernah dimuat dalam majalah Ut Omnes Unum Sint, National-Zeitung Basel, Baslert Nachriten, La vie Protesan, serta Zurichsee Zeitung dengan nama samaran “Eff Serau”.
Selain menulis, Ketua Redaksi Majalah GMKI juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi. Pada tahun 1952 bersama teman-temannya mereka mewakili pemuda Kristen Indonesia dalam Konferensi Pemuda Kristen Sedunia di Travancore. Di tahun 1955 ia menjadi ketua redaksi majalah Ut Omnes Unum Sint dan menjadi Wakil Ketua Pengurus Umum I Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (SPMI). Pada tahun 1956 ia pergi ke Roma dan Bangkok. Dia pernah menjadi Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada tahun 1955-1957. Dalam Sidang Raya X Dewan Gereja Indonesia (DGI) di Ambon, dosen Ilmu Jiwa Sosial di Universitas Jenderal A. Yani, Banjarmasin ini terpilih sebagai Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia untuk periode 1984-1989.
Ch. Kiting (1963) memberi gelar Fridolin Ukur sebagai "Penyair Kristen Indonesia" karena karya-karyanya memperlihatkan kekristenannya. Namun, tidak semua puisinya mengambil objek Kristen, ada juga puisi yang berbicara tentang kemanusiaan, seperti dalam kumpulan sajaknya Malam Sunyi.
Leave Your Comments